Senin, 07 Agustus 2017

Perjuangan seorang Ibu

Perjuangan seorang Ibu-Malam ini entah mengapa aku merasakan kerindukan kepada mamaku (alm). Dulu sewaktu mamaku masih hidup, meskipun aku dan mamaku jarang bertemu, tapi ketegaran, kekuatan, dan semangat yang besar untuk hidup yang membuatku bangga, dan sampai sekarangpun aku bangga sama mama. Mama adalah inspirasi nyata dalam hidupku. Tanpa mama aku bukanlah apa – apa dan bukanlah siapa – siapa. Saat aku “jatuh” dan “terpuruk” mama yang bisa membuatku bangkit. Dengan memikirkan mama, aku bisa kembali semangat untuk menghadapi dunia. Tapi semenjak mamaku meninggal, aku merasakan perasaan yang jauh seperti dulu. Sangat jauh sekali perbedaan yang kurasakan. Aku merasa sendiri dan kesepian.



Saat mamaku masih hidup, aku ketemu mama paling banyak dalam 1 tahun 1-2 kali. Itupun harus menunggu mamaku mendapatkan cuti dari boss-nya. Betapa senangnya aq ketemu mama. Tapi sayang waktu kami untuk ketemu antara 2-6 hari tergantung boss-nya memberi ijin sampai kapan. Sebagai anak kecil yang waktu itu aku belum dewasa, aku hanya bisa melihat mama pergi meninggalkanku kembali ke Jakarta, kota dimana mama bekerja, dan aku hanya bisa menangis. Tapi keluargaku (om-omku dan nenekku) menguatkan aku dan menasehatiku supaya tidak menangis di depannya mama agar mama tidak kepikiran raut wajahku yang sedih.

Mama bekerja membanting tulang untukku di Jakarta setelah bercerai dari bapakku pada saat usiaku masih 14 bulan. Berbagai persoalan muncul dalam rumah tangga kedua orangtuaku dan tidak adanya titik temu dalam berbagai persoalan membuat orangtuaku memutuskan untuk bercerai. Aku ga tau siapa yang harus dipersalahkan dalam perceraian bapak dan mamaku. Dan aku tidak mempersoalkan itu. Mungkin ini adalah takdir aku dan mamaku. Ini mungkin juga adalah yang terbaik untuk semuanya. Tapi sebagai anak, aq terkadang berfikir dan membayangkan, “seandainya mama dan bapakku masih bersama, akankah kami bisa bahagia?”

Setelah masa perceraian, hak asuhku berada di tangan mama. Menurut penuturan mama dan keluargaku bahwa bapak pernah menengokku saat aku masih berusia 3 tahun, tapi aku tidak ingat saat itu. Sejak saat itu bapak tidak pernah menengokku dan tidak pernah menafkahi aku secara lahir dan batin. Hingga sekarang aku sudah dewasa aku tak tahu rupa bapakku. Entahlah…….aku tak terlalu memikirkan itu…….belum saatnya lebih tepatnya…. 🙂

Selama mamaku di jakarta, aku dirawat oleh om-om (adik-adik dari mamaku) dan nenekku. Semenjak kecil, aku sudah diberitau bahwa orangtuaku bercerai. Dan hak asuhku berada di mamaku dan aku menerima itu. Keluargaku setia menjaga, melindungi, dan menyemangatiku. Dan mungkin karena hal inilah aku tidak pernah malu sebagai anak yang tidak memiliki bapak (dalam arti bapakku sudah bercerai dengan ibuku). Namun, terkadang aku merasa kurang kasih sayang akan sosok bapak itu seperti ap? Apakah sama dengan kasih sayang yang diberikan oleh om-om-ku selama ini? Sewaktu aku duduk di bangku SD (aku lupa kelas berapa), ibu guru pernah memberikan tugas untuk menceritakan pekerjaan ayahnya…….aku bingung, aku ga tau pekerjaan bapakku…….akhirnya aq tidak mengerjakan tugas itu….. 🙂 Aku merasa sedih setelah kejadian itu, tapi aku ga berani bilang sama mama. Aku takut mama sakit hati karena terkenang perceraiannya dengan bapak.

Saat aku mulai beranjak SMP, aku semakin menyadari kalau aku butuh mama di sampingku. Aku ingin bersama mama. Hidup dengan mama. Pernah aku menanyakan pada mama mengapa mama balik lagi ke jakarta? kenapa tidak bekerja di sini saja? Aku butuh perhatian mama, bukan hanya uang dari mama…..dan mama menjawab “bila aku di sini menemanimu, maka kamu belum tentu bisa sekolah”. Dan waktu itu aku menjawab ga pa-pa, asal mama di sampingku. Tapi mamaku bilang kalau aku harus sekolah yang tinggi, karena dengan sekolah tinggi segalanya akan mudah dicapai. “Jangan sampai kamu seperti mama yang ga bisa sekolah tinggi. Yang hanya bisa jadi pembantu ikut orang. 

Kamu harus lebih baik daripada mama”. Ya, mamaku adalah seorang pembantu rumah tangga di sebuah perumahan warga negara asing (WNA) yang bekerja di Indonesia. Bila teringat kata – kata itu sungguh sangat membanggakan bagiku, seorang mama yang hanya tamatan SMP bisa berfikir sejauh itu. Baru akhir tahun lalu (Desember 2010), sahabat dekat mamaku di jakarta bilang bahwa mamaku ingin membuktikan ke bapakku bahwa mama bisa menghidupi aku dan menyekolahkanku hingga tingkat sarjana. Itu adalah janji mamaku. Mamaku pernah sakit hati akan perkataan bapak bahwa aku adalah anak yang membawa sial. Bisanya cuma nangis (karena aku masih bayi saat itu), dan bapak menyuruh mama untuk membuangku. Saat itulah klimaks dari pertengkaran orangtuaku dan akhirnya bercerai.

Bukan aku bermaksut sombong akan mamaku, tapi aku bangga sama mama karena sekarang aku sudah bisa meraih gelar sarjana dari kerja keras mamakku, hasil keringat mamaku mengumpulkan uang untk biaya hidupkudan sekolahku hingga aku kuliah. Tapi sayang mamaku meninggal saat aku mengambil skripsi. Mama tidak bisa melihatku diwisuda. Padahal aku berharap mama-lah yang datang menemaniku saat wisuda. Kenapa Allah memanggil mamaku saat aku sedang skripsi? Saat sebentar lagi aku di wisuda? Tapi aku tau ini adalah jalan yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan terbaik untuk semuanya……dan aku hanya bisa pasrah…. 🙂

Mama adalah orang paling berjasa salam hidupku dan masa depanku karena aku telah dibekali ilmu dan pendidikan yang tinggi. Aku bersyukur sama Allah memiliki ibu seperti mamaku. Terima kasih Ya Allah Engkau telah melahirkanku dari rahim mamaku. Sungguh beruntungnya aku memiliki ibu yang kuat dan tegar seperti Engkau ma…. 🙂

Aku sayang mama…….selamanya…………You’re best is the best……..I love u mom………… 🙂
Semoga ini bisa mewakili rasa sayang dan cintaku sama mama, Ya Allah terimalah mamaku di sisiMu, ampunilah dosa-dosa mamaku, amin……. *_*
—————————————————————————————————————————————————-
Teman – temanku,
“Hargailah dan hormatilah Ibumu selagi dia masih hidup. Jangan pernah menyakitnya. Karena suatu saat nanti saat Allah memanggil Ibumu yang kamu sendiri ga tau kapan, dimana, dan dalam keadaan apa, kamu akan sangat menyesal bila belum berbakti sama Ibumu, maka selagi bisa dan ada kesempatan lakukanlah….. ^_^
Dan untuk teman-temanku yang memiliki keluarga yang masih lengkap (ada Bapak dan Ibu yang masih di sampingmu), setia melindungi dan menjagamu maka bersyukurlah……..sayangi dan cintailah mereka melebihi kamu mencintai dirimu sendiri.
==================================================================================
Tulisanku ini hanyalah sepenggal kisah hidupku. Aku hanya ingin berbagi cerita dan pengalaman tanpa ada maksut untuk menggurui Perjuangan seorang Ibu. Terima kasih ya udah mampir…..Semoga bermanfaat………. 🙂
Load disqus comments

0 komentar